Public Administration No 1 Pendekatan Ethic vs Emic (Sebuah Pengantar Antropologi)

Malem ini ane membawakan masalah pendekatan Emic (berdasarkan sudut pandang budaya) dan pendekatan etic (berdasarkan pendekatan keilmuan) manakah dari keduanya yang benar (atau seenggaknya objektif).masalah pendekatan emic dan etic sendiri telah menjadi perdebatan baik di bidang manajemen,ilmu pemerintahan dan bahkan penelitian sosial.singkatnya masalah utama  dari kedua pendekatan ini dapat diringkas dalam sebuah pertanyaan singkat "manakah yang lebih baik,menilai dengan penilaian pribadi atau pendapat orang lain??"

saya teringat masalah ini menjadi suatu pembelajaran berharga bagi McDonald ketika pertama kali masuk indonesia.Jadi,masalah utama ketika McDonald masuk indonesia mereka begitu yakin dengan manajemen yang mereka miliki,mereka cenderung meremehkan pendapat dari para manajer/manajemen lokal,alhasil ketika  awal mereka masuk mereka mengalami kerugian.alasan yang membuat mereka rugi cukup remeh yaitu "kentang",ya rakyat indonesia yang cenderung makan dengan nasi tidak terbiasa makan kentang goreng sebagai pengganti nasi dan pada akhirnya McDonald belajar banyak dari pengalaman ini.
jadi manakah yang lebih baik?saya hanya akan bilang bahwa keduanya memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri.Pendekatan emic (dari sudut pandang budaya) memberikan kita pemahaman tentang bagaimana budaya dari suatu daerah bekerja.kita sebagai pengamat cenderung meminta bantuan informan atau orang yang mengerti budaya setempat untuk memberikan pemahaman ini,namun tidak berarti informan ini akan objektif 100 persen,karena ada kecenderungan informan ini terlalu ikut campur,dan tidak objektif dalam memberikan penilaianya.

Sedangkan pendekatan kedua yaitu etic (pendekatan keilmuan) cenderung menggunakan penilaian dari observer untuk meneliti budaya yang bersangkutan menggunakan fakta dilapangan yang disadari dan dianggap penting bagi peneliti untuk menilai cara kerja budaya yang bersangkutan.hal ini akan mengurangi subjetivitas dari informan yang cenderung menutupi keburukan budaya lokal akan tetapi kita harus sadar bahwa observer sendiri pada dasarnya adalah manusia yang tidak bisa objektive 100 persen.memang benar bahwa training training penelitian akan dapat mengurangi tingkat subjektivitas observer namun,tidak berarti menghilangkanya.

jadi bagaimana solusinya??alih alih menggunakan kedua pendekatan ini secara berlawanan saya mencoba mengkolaborasikan keduanya sehingga akan terbentuk pemahaman yang lengkap.terkadang banyak pengamat yang hanya melihat sisi luar dari suatu masalah sehingga akan menimbulkan pemahaman yang sesat,kita ambil contoh saja masalah rohis dan terorisme yang kini merebak,peneliti yang hanya melihat kulit luar dari masalah dapat dengan mudah menghakimi rohis sebagai sebagai organisasi yang dekat terorisme,hal ini tentu merupakan pengambilan keputusan yang salah,subjektivitas pribadi benar benar mempengaruhi penilaian macam ini.


so at the end i would say that you have to be objective to observed anything.don't just using your self belief and judge something prematurely..have a nice read :)

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Public Administration No 1 Pendekatan Ethic vs Emic (Sebuah Pengantar Antropologi)"

Post a Comment